Saturday, November 25, 2017

Skripsi Hubungan Antara Tingkat Stres Terhadap Frekuensi Merokok

Hubungan Antara Tingkat Stres Terhadap Frekuensi Merokok Mahasiswa Kedokteran Universitas New Yorkarta adalah judul contoh skripsi yang akan admin bagikan kali ini. Sedikit catatan untuk para pembaca bahwa ini adalah contoh skripsi bila ada kesamaan nama dan gelar dikemudian hari, itu mungkin hanya kebetulan belaka. Tak lupa pada bagian ahir blog ini juga telah admin sediakan file contoh skripsi format Ms.Word, langsung saja simak ulasan berikut ini :


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Stres merupakan bagian yang tidak terhindar dari kehidupan dan dapat mempengaruhi setiap orang termasuk remaja. Sumber stres pada remaja laki-laki dan perempuan pada umumnya sama, namun dampak beban ini berbeda pada remaja perempuan dan laki-laki (Baldwin, 2002). Remaja perempuan lebih peka terhadap lingkungannya. Menurut Nasution prestasi remaja perempuan baik dibanding remaja laki-laki. Nilai mereka di sekolah lebih baik, mereka juga lebih menonjol. Tuntutan dan motivasi mereka lebih tinggi. Akibatnya remaja perempuan menderita beban psikis seperti cemas, tidak senang, sakit punggung dan sakit kepala. Sedangkan remaja laki-laki yang mengalami stres akan lebih sering merokok dan minum alkohol (Nasution, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Parrot (2004) mengenai hubungan antara stres dengan merokok yang dilakukan pada orang dewasa dan para remaja menyatakan ada perubahan emosi selama merokok. Merokok dapat membuat orang tidak stres lagi. Perasaan ini tidak akan lama begitu selesai merokok mereka akan kembali merokok untuk tidak kembali stres. Keinginan ini kembali timbul karena ada hubungan antara perasaan negatif dengan rokok yang berarti perokok akan kembali merokok untuk mengurangi stres tapi kenyataanya berhenti merokok dapat mengurangi stres (Siquera et al., 2001). Faktor kepuasan psikologis memberi sumbangan yang lebih tinggi, mencapai 40,9% dibandingkan sikap permisif orang tua dan faktor lingkungan teman sebaya yang hanya mencapai 38,4%. Hal ini memberikan gambaran bahwa perilaku merokok bagi subjek dianggap memberikan kenikmatan dan menyenangkan. Merokok bagi remaja mempunyai kaitan erat dengan aspek psikologis terutama aspek positif yaitu sejumlah 92,6% sedangkan efek negatif hanya sebesar 7,5% (pusing, rasa kantuk, dan pahit).


Perilaku merokok ini berkaitan erat dengan kondisi emosi. Kondisi yang paling banyak menyebabkan perilaku merokok yaitu ketika subjek dalam tekanan atau stres yaitu 40,9% (Komalasari & Helmi, 2000). Merokok jika dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang sekelilingnya. Pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin, CO (karbon monoksida) dan tar dapat menimbulkan berbagai penyakit jika dilihat dari sisi kesehatan. Bahan kimia ini akan memacu kerja susunan saraf pusat dan susunan saraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat, menstimulasi penyakit kanker dan juga berbagai penyakit lainnya seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru dan bronkitis kronis (Komasari & Helmi, 2000). Proporsi merokok lebih tinggi pada remaja laki-laki serta mahasiswa. Orang dewasa untuk berhenti merokok kemungkinan kecil dilakukan sehingga harus ada program-program tertentu yang dapat mencegah kalangan remaja ataupun dewasa yang yang dapat mengintervensi tentang risiko kesehatan akibat merokok dan mampu menangkal persepsi tentang manfaat baik dari merokok (Aryal & Bhatta, 2015).


Selain faktor pada orang dewasa, faktor yang menyebabkan merokok pada anak adalah kelompok teman sebaya dan religiusitas. Kelompok teman sebaya juga diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya. Dalam penelitian pada tahun 2011 di New York menunjukkan adanya peran dan persetujuan dari teman sebaya dengan niat merokok dan konsumsi alkohol ke depannya pada remaja (Trucco et al., 2011). Smet (1994) mengatakan bahwa merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial. Modelling (meniru perilaku orang lain) menjadi salah satu determinan dalam memulai perilaku merokok. Perilaku merokok pada remaja umumnya semakin lama akan meningkat sesuai dengan tahap perkembangan yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok, dan sering mengakibatkan mereka mengalami ketergantungan nikotin (Oskamp, 1984). Pada studi pendahuluan yang dilakukan tahun 2015 didapatkan mahasiswa yang merokok di Fakultas Kedokteran Universitas New Yorkarta sebanyak 37 orang dengan rincian 12 orang  pada angkatan 2014, 10 orang pada angkatan 2013, dan 15 orang pada angkatan 2012. Berdasarkan hal yang diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Stres Terhadap Frekuensi Merokok Mahasiswa Kedokteran Universitas New Yorkarta”.

Itu lah  Sedikit cuplikan dari contoh skripsi kedokteran, bagi anda para pengunjung blog ini yang mungkin barang kali sedang membutuhkan bahan untuk dijadikan referensi anda bisa mengunduh file format Ms.Word bisa di download di sini

0 komentar

Post a Comment